Peningkatan Investasi AI di Tahun 2025: Tantangan ROI dan Pendekatan Efektif
- Kamis, 27 Februari 2025

JAKARTA – Industri teknologi global berada di ambang perubahan revolusioner dengan investasi yang semakin menggila dalam Artificial Intelligence (AI). Namun, laporan terbaru dari Lenovo menunjukkan bahwa meskipun tren investasi meningkat pesat, kekhawatiran tentang Return on Investment (ROI) masih menjadi penghalang utama bagi banyak perusahaan.
Laporan yang bertajuk "CIO Playbook 2025: It's Time for AI-nomics" ini disusun oleh Lenovo bersama lembaga riset ternama IDC. Laporan tersebut memprediksi investasi AI akan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2025 dibandingkan tahun 2024. Walaupun demikian, perbedaan pendapat di antara pemimpin bisnis tentang nilai jangka panjang dari AI masih menjadi tantangan yang signifikan.
Laju Investasi dan Tantangan ROI
Di kawasan Asia Pasifik, inovasi dan teknologi baru selalu menjadi bagian penting dari strategi pertumbuhan bisnis. Dalam laporan ini, organisasi di Asia Pasifik mencatat peningkatan investasi AI sebesar 3,3 kali lipat. Sementara itu, negara-negara di Asia Tenggara mengalami peningkatan 2,7 kali lipat. Namun, kekhawatiran terkait ROI telah menghambat langkah-langkah lebih lanjut.
"Organisasi tetap skeptis terhadap dampak profitabilitas AI pada perusahaan," kata Fan Ho, Executive Director dan GM Solutions and Services Group, Lenovo Asia Pacific. Ho melanjutkan, meskipun mayoritas profesional TI – sekitar 90% – merasa bahwa AI telah memenuhi harapan mereka, manajemen perusahaan masih ragu, dengan 37% berbagi keraguan tentang potensi keuntungan finansial dari AI.
Potensi Penerapan AI Generatif
Penting untuk dicatat, proyeksi menunjukkan bahwa pemanfaatan AI Generatif (Gen AI) diperkirakan akan tumbuh signifikan, dari 11% menjadi 42% pada 2025. Ini mencerminkan potensi besar AI dalam mengubah alur kerja terutama dalam operasional TI, pengembangan perangkat lunak, dan pemasaran.
Namun, meskipun terdapat potensi besar, tantangan utama tetap pada kesiapan organisasi dan kebijakan yang mendukung implementasi AI. Lebih dari separuh bisnis yang disurvei tidak memiliki kebijakan Tata Kelola, Risiko, dan Kepatuhan AI (GRC), sementara isu-isu etis semakin sering diperhatikan seiring meningkatnya penerapan AI.
Langkah-Langkah Strategis Menerapkan AI
Fan Ho menekankan pentingnya pendekatan berbasis hasil dalam mengadopsi AI. "Layanan AI profesional memainkan peran penting dalam membantu organisasi mengadopsi AI dengan sukses," tuturnya pada sebuah konferensi pers di Jakarta. Pemanfaatan AI yang efektif memerlukan desain yang efisien, serta pengukuran matang dalam pengintegrasian solusi AI dalam operasional bisnis.
Strategi jangka panjang memerlukan penguatan kemampuan manajemen data, menyusul 33% dari organisasi yang berencana meningkatkan keterampilan ini sebagai upaya mengatasi kualitas data yang buruk, biaya TI yang tinggi, dan tantangan integrasi. Studi ini juga menyoroti bahwa kualitas data merupakan faktor penentu kesuksesan penerapan AI, dengan kedaulatan data, kepatuhan, dan aksesibilitas sebagai komponen utama.
Pentingnya Kemitraan dan Keahlian
Ketidakadaan keahlian adalah alasan utama organisasi ragu untuk berinvestasi dalam AI. Sebagai solusinya, terdapat kesadaran yang semakin meningkat bahwa kemitraan strategis dengan pihak ketiga yang mampu menggunakan AI secara efektif penting bagi suksesnya penerapan AI. Ini diharapkan dapat membantu bisnis memastikan bahwa investasi AI tidak hanya menjadi biaya tambahan tanpa keuntungan nyata.

David
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Alejandro Garnacho Berpotensi Bersinar Bersama Chelsea
- 10 September 2025
2.
Tottenham Hotspur Borong Bintang Bundesliga Musim Panas
- 10 September 2025
3.
Jadwal Kapal Pelni KM Sirimau September hingga Oktober 2025
- 10 September 2025
4.
Jadwal Lengkap KRL Jogja Solo September 2025
- 10 September 2025
5.
Jadwal Lengkap KA Bandara YIA Jogja 2025
- 10 September 2025