
JAKARTA - Indonesia dikenal memiliki warisan sejarah yang berlimpah, dan salah satu yang paling menonjol adalah Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Bangunan megah ini menjadi simbol kebesaran Nusantara pada abad ke-8 sekaligus bukti nyata majunya peradaban pada masa lampau. Borobudur bukan hanya candi Buddha terbesar di dunia, melainkan juga destinasi spiritual dan wisata yang menarik perhatian wisatawan dari berbagai negara. Keberadaannya menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sejak lama memiliki kemampuan arsitektur, seni, dan pemikiran yang luar biasa.
Borobudur dibangun oleh Dinasti Syailendra pada abad ke-8 hingga ke-9 Masehi, sebuah dinasti yang dikenal makmur dan mendukung perkembangan ajaran Buddha Mahayana. Proses pembangunannya menggunakan jutaan batu andesit yang dipahat presisi. Menariknya, batu-batu tersebut disusun tanpa semen, melainkan dikunci satu sama lain sehingga tetap kokoh hingga sekarang. Tata letak candi yang selaras dengan arah mata angin dan kosmologi membuktikan tingginya ilmu pengetahuan pada masa itu.
Arsitektur Megah dan Filosofi Mendalam
Baca Juga17 Makanan Khas Perancis yang Wajib Kamu Tahu, Ada yang Sudah Kamu Coba?
Borobudur berbentuk punden berundak yang khas dengan sembilan tingkat: enam berbentuk persegi dan tiga berbentuk lingkaran. Di puncaknya berdiri stupa induk sebagai simbol utama. Selain strukturnya yang megah, Borobudur dihiasi ribuan relief dan ratusan arca Buddha yang menggambarkan ajaran moral, perjalanan hidup manusia, hingga kisah Sang Buddha. Jika dipanjangkan, relief ini mencapai lebih dari lima kilometer, menunjukkan keterampilan tinggi para seniman Jawa kuno.
Selain keindahan arsitektur, Borobudur juga sarat makna filosofis. Tingkat paling bawah, Kamadhatu, melambangkan dunia penuh nafsu. Tingkat menengah, Rupadhatu, menggambarkan dunia bentuk ketika manusia mulai mengendalikan diri. Tingkat paling atas, Arupadhatu, merepresentasikan dunia tanpa bentuk menuju nirwana. Dengan menaiki setiap tingkat, peziarah diajak menapaki perjalanan spiritual menuju pencerahan. Inilah yang menjadikan Borobudur bukan sekadar monumen, melainkan kitab batu penuh makna.
Dari Kejayaan Hingga Terlupakan
Pada masa jayanya, Borobudur menjadi pusat ziarah umat Buddha. Ribuan peziarah datang untuk merenungkan ajaran spiritual melalui relief dan struktur candi. Namun, sekitar abad ke-14, pengaruh agama Hindu dan Islam berkembang di Jawa, membuat Borobudur perlahan ditinggalkan. Letusan Gunung Merapi juga menutupinya dengan abu vulkanik, sementara semak belukar menutupi sebagian besar bangunan. Selama berabad-abad Borobudur terlupakan dan tersembunyi dari pandangan dunia.
Keberadaan candi baru ditemukan kembali pada awal abad ke-19 ketika Jawa berada di bawah kekuasaan Inggris. Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles mendengar kabar tentang bangunan besar yang terkubur. Ia mengirim tim untuk menyelidikinya, dan akhirnya Borobudur kembali diperkenalkan kepada dunia. Meski banyak bagian rusak, penemuan itu membuka jalan bagi upaya pelestarian yang berkelanjutan.
Restorasi dan Pengakuan Dunia
Upaya pemugaran Borobudur sudah dilakukan sejak masa kolonial Belanda, namun hasilnya masih terbatas. Restorasi besar-besaran baru terlaksana pada tahun 1973–1983 dengan dukungan UNESCO. Proses ini melibatkan pembongkaran batu-batu rapuh, pembersihan, dan penyusunan kembali menggunakan teknik modern agar lebih kokoh. Pemugaran tersebut menyelamatkan Borobudur dari ancaman kerusakan permanen.
Hasil kerja keras itu mendapat pengakuan internasional. Pada tahun 1991, UNESCO resmi menetapkan Borobudur sebagai Warisan Budaya Dunia. Sejak saat itu, Borobudur bukan hanya kebanggaan Indonesia, tetapi juga menjadi milik seluruh umat manusia. Candi ini tidak hanya dilihat sebagai monumen bersejarah, tetapi juga simbol penting perdamaian, spiritualitas, dan nilai kemanusiaan universal.
Borobudur di Masa Kini
Kini Borobudur berfungsi ganda: destinasi wisata sejarah sekaligus pusat spiritual umat Buddha. Setiap tahun ribuan umat berkumpul untuk merayakan Hari Raya Waisak. Upacara ini penuh makna, menekankan perdamaian dan kasih sayang. Pemerintah pun menjadikan Borobudur sebagai salah satu destinasi super prioritas. Fasilitas wisata terus dikembangkan dengan menjaga keaslian candi agar tetap lestari. Kehadiran desa wisata di sekitar Borobudur juga memberi manfaat besar bagi masyarakat lokal melalui kerajinan, kuliner, dan atraksi budaya.
Bagi wisatawan, salah satu momen terbaik adalah menyaksikan matahari terbit dari puncak candi. Cahaya keemasan yang memantul di antara stupa dengan latar Gunung Merapi menciptakan pemandangan yang menakjubkan. Banyak orang datang khusus untuk merasakan pengalaman ini. Kawasan sekitar juga menawarkan daya tarik tambahan seperti Punthuk Setumbu, Museum Karmawibhangga, dan desa wisata yang menghadirkan kekayaan budaya lokal.
Borobudur adalah saksi bisu kejayaan Jawa kuno sekaligus kebanggaan bangsa Indonesia. Dari arsitektur, filosofi, hingga alam sekitarnya, Borobudur menghadirkan pengalaman unik yang tak tertandingi. Sebagai candi Buddha terbesar di dunia, Borobudur tidak hanya milik bangsa ini, tetapi juga milik seluruh umat manusia. Menjaga dan melestarikannya adalah tugas bersama, agar warisan agung ini tetap berdiri megah dan terus menginspirasi generasi mendatang.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
15 Tempat Wisata di Sukabumi 2025 Terbaik yang Indah Untuk Dikunjungi
- Sabtu, 06 September 2025
17 Makanan Khas Perancis yang Wajib Kamu Tahu, Ada yang Sudah Kamu Coba?
- Sabtu, 06 September 2025
Terpopuler
1.
10 Ide Menarik Memilih Kado Penikahan Untuk Sahabat
- 06 September 2025
2.
Inilah 20 Aplikasi Wajib Di Laptop Untuk Mendukung Performa Laptop
- 06 September 2025
3.
10 Game Penghasil Saldo Dana yang Perlu Kamu Tahu
- 06 September 2025
4.
15 Rekomendasi Kuliner Semarang yang Enak dan Legendaris
- 06 September 2025
5.
10 Rekomendasi Merk Printer Terbaik Sesuai Kebutuhanmu
- 06 September 2025